*TARIM DILANDA BANJIR*
LAGA MUSTAWA 5 VS MUSTAWA 3
DIGUYUR HUJAN ES BATU
Tarim - Rabu (09/03)
Laga persahabatan Mustawa (Tingkat)
Lima versus Tingkat Tiga yang digelar di Stadion Berbatoe Al-Ahgaff Tarim
Hadhramaut Yaman diguyur hujan es batu.
Peluit ditiupkan pertanda
pertandingan babak pertama dimulai. Kubu Mustawa Lima dengan pemain barunya yang menempatkan Muhammad
Utsman alias Memet sebagai striker tunggal langsung membangun serangan.
Namun beberapa kali masih bisa
dihalau pemain bawah lawan. Tidak tinggal diam, Mustawa Tiga dibawah komando
Jihadul Muluk melalui Habib Majid-Uli juga membalas serangan. Bertubi-tubi
tendangan mengarah ke kiper lawan, namun juga masih bisa ditepis Faridi, kiper
Mustawa Lima.
Dua kubu saling membalas serangan.
Pertandingan yang dipertontonkan menghentak penonton yang memadati lapangan.
Sorak-sorai pun membuncah atmosfer Tarim sore itu. Namun skor kacamata bertahan
hingga turun minum.
Memasuki babak kedua, Kedua kubu
saling mengganti pemainnya. Dengan tenaga baru, serangan demi serangan membuat
pemain bawah kubu lawan kewalahan. Beberapa menit babak kedua ini berlangsung,
tiba-tiba angin kencang dari arah berlawanan menerjang lapangan pertandingan.
Beberapa menit kemudian, angin
semakin kencang disertai juga hujan es batu sebesar kerikil membuat alur
pertandingan harus dihentikan. Semua pemain beserta official team menjauh dari
pinggir lapangan.
"Parah banget anginnya.
Disertai hujan es batu lagi. Di Syimal (Yaman Utara) nggak pernah sekencang
ini". Ungkap Abdurrahman, Mahasiswa Asli Syimal yang turut menonton
pertandingan itu.
"Dulu juga pernah hujan es
batu, tapi nggak separah ini". Sambung Awadh, Mahasiswa asli Hadhramaut
yang juga hadir dalam pertandingan itu.
Melihat keadaan langka seperti ini,
berbagai informasi berupa foto atau hanya sebagai status menghiasi sosial media
dengan rekaman, potret dan sebagainya.
"Di Indonesia gerhana
matahari, Di Tarim Hujan Es Batu dan banjir". Tulis salah satu mahasiswa
di akun facebooknya.
Hingga berita ini diturunkan (rabu
22,45), air setinggi 100 cm masih menggenangi ruas jalan belakang Sakan Quhom,
ruas jalan menuju Darul Musthafa dan ruas jalan disamping Maktabah Hadhramiyah.
Genangan air hujan bercampur air
got warga setempat tersebut membuat aktivitas jalan menuju pusat Kota Tarim itu
terhenti.
"Waah gawat. Airnya tinggi
banget. Sepeda motor punya ana tak tinggalin diseberang sana". Jelas Abuya
Yaslam, petugas dapur Universitas Ahgaff saat menceritakan kisah perjuangan
beliau yang harus melewati banjir menuju dapur kuliyah.
"Iya, tapi ini semua hanya
teguran Allah. Ummat sekarang sudah agak keluar dari batasan syariat. Iya,
dengan inilah Allah menegur hamba-hamba-Nya. Agar mereka kembali
kepada-Nya". Tutup Abuya yang lekat dengan dialek 'ammiyah Tarim.
Semoga banyak hikmah yang bisa kita
petik dari peristiwa ini. (Eydiel).
0 Comments